Materi 2/3
Sejarah Ekonomi Indonesia
Sejarah ekonomi Indonesia sudah bermula sejak lama,
mulai dari zaman prasejarah, masa penjajahan, hingga ekonomi modern sekarang
ini.
2/3.2 Sistem Monopoli VOC
Kapitalisme Eropa membawa dampak yang sangat
besar terhadap perdagangan di Asia Tenggara. Hal ditadai dengan datanganya
pertama kali bangsa portugis di Malaka dan disusul oleh Belanda dan Inggris.
Bangsa
Belanda datang pertama kali dibawah pimpinan Cornelis De Houtman
tahun 1596 yang mendarat
yaitu di Pelabuhan Banten. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah
rempah-rempah yang membuat Belanda
memperoleh keuntungan yang sangat besar, Belanda berusaha mengadakan monopoli
perdagangan dan menjajah.
VOC yang didirikan 20 Maret 1602
mempunyai tujuan mengindari persaingan diantara pedagang belanda
sendiri, menyaingi pedagang-pedagang lain, memperkuat posisi sehingga dapat melaksanakan
monopoli perdagangan rempah-rempah dan membantu Belanda dalam bidang keuangan.
Untuk mengawasi pelaksanaan monopoli
perdagang pemerintah Hindia Belanda
menunjuk seorang Gubenur jenderal
yaitu Pieter Both, tahun 1603 digantikan oleh Jan Pieterzoon Coen.
Di Maluku, VOC berusaha mengusai perdagangan
dan memonopoli hal ini disebabkan Maluku penghasil rempah-rempah di
nusantara komoditi ekspor yang
terpenting pada masa itu. Di kepulauan
Ambon masyarakat mendapat hak atas tanah untuk perkebunan cengkeh dan hasil cengkeh
dijual kepada VOC dengan harga tertentu sedangkan tanah pusaka hasil alam
dipakai oleh keluarga dan juga VOC mengembang sistem pemerintahan desa serta pendidikan desa namun disamping itu VOC
timbul kepincangan sistem “ ekspedisi Hongi” ekspedisi yang terdiri dari perahu kora2 ini dimiliki oleh negeri masing-maisng kepulauan
ambon untuk mengawasi pulau Seram, buru dan manipa yang dilarang mengahsilkan
cengkeh dan setiap cengkeh dipulau itu ditebang
oleh VOC da di angkut dengan kora-kora tersebut.
Perubahan penting terjadi sejak tahun 1677,
ketika VOC menerapkan sebuah sistem eksploitasi yang khusus berlaku di Sunda,
khususnya Priangan, yang dikenal dengan istilah Preanger Stelsel. Sistem ini
dipahami sebagai sebuah sistem dimana rakyat Priangan diwajibkan menanam kopi
dalam jumlah tertentu, sebagai kompensasi dari pembebasan membayar pajak dalam
bentuk uang, rakyat Priangan diwajibkan menyetor kopi dalam jumlah tertentu,
rakyat Priangan pun hanya bisa menjual kopi kepada VOC dengan harga yang mereka
tentukan sendiri. Produksi kopi dari Priangan sangat berpengaruh penting bagi
produksi kopi dunia. Produksi kopi
Priangan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Jika dibandingkan dengan
keresidenan-keresidenan lain di Pulau Jawa, produksi kopi Priangan adalah yang
paling tinggi.
VOC juga berhasil menduduki wilayah Sulawesi
Selatan, setelah melalu perjanjian bonggaya VOC berhasil menguasai melalui Aru
Palaka dengan catatan VOC tidak mencapuri urusan dalam negeri akibat perbuatan yang dilakukan
VOC banyak bangsawan meniggalkan bugis
untuk menjadi bajak laut dan menjadi
pansehat raja di Sumatra.
Di Nusa Tenggara VOC melakukan aktivitas
terbatas karena selain flores (
pengahasil kayu cendana) Sawu dan Rote
tidak begitu berarti apa-apa bagi pedagangan, disini VOC mendapat
perlawan dari Portugis yang akhirnya
bertahan di Timor-timur. Di Rote VOC mendapat kedudukan yang kuat dan penduduk banyak memeluk agama kristen
sehingga mereka bebas dari perbudakan dan status naik menjadi anak emas.
Di Pulau Sumatera bagian Utara VOC berhasil menerapkan
kekuasaan dengan memonopoli lada, walaupun Mlaka berhasil direbut oleh Benlanda
namun Aceh dan Johor lawan yang sangat berah bagi VOC untuk mendapatkan
kedudukan di Selat Malaka. Dalam abad ke 18 hegemoni dipantai Barat
Sumatera yaitu padang, Pariaman, dan
painan terkenal dengan Lada dan emas
masih dipertahankan sedangkan
daerah perdalaman belum tersentuh sama sekali.
Di Pulau Jawa, Banten dan Mataram kekuasaan dipegang
oleh VOC , didaerah yang dikusai oleh VOC tidak hanya menetapkan monopoli hasil
suatu daerah tetapi juga menetapkan
monopoli terhadap barang impor. Disamping itu VOC juga mendapatkan hak istimewa sebagai ibalan atas bantuan terhadap penguasa
setempat (menjadi dewan panesehat dan mengurus segala keperluan raja,
menempatkan residen).
Reference:
Marwati Djono, Nugroho. 1984. Sejarah
Nasional Indonesia VI.
http://informasiterlengkap.blogspot.com/2012/02/sejarah-ekonomi-indonesia-sejak-orde.html
0 komentar:
Posting Komentar