Materi
5
PDB,
Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
5.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Selama Orde Baru Hingga Saat Ini
1.
Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa Orde
baru (1966-1998)
Pemerintahan
Orde Baru menyadari sepenuhnya bahwa
akibat konflik yang berkepanjangan penderitaan rakyat telah mencapai titik yang
tertinggi. Kesejahteraan rakyat telah menjadi korban dan ambisi para petualan
politik. Atas dasar kesadran tersebut, maka pada awal Orde Baru Stabilisasi
Ekonomi menjadi proritas utama.
a.
Stabilisasi Ekonomi
Pada
permulaan Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan
ekonomi nasional terutama pada usaha pengendalian tingkat inflasi, penyelamatan
keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pelaksanaan pembangunan
Orde Baru bertumpu kepada program yang dikenal dengan sebutan “ Trilogi
Pembangunan” yaitu sebagai berikut :
a)
Pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya menju kepada terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b)
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c)
Stabilitas yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan
Pola Umum Pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde Baru secara
periodic 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
·
Pelita I (1969-1974), sasaran yang
hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita 1 menekankan pembangunan di bidang
pertanian.
·
Pelita II (1974-1979), sasaran yang
hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rakyat.
·
Pelita III (1979-1984), sasaran yang
hendak dicapai adalah Trilogi Pembangunan.
·
Pelita IV (1984-1989), sasaran yang
hendak dicapai adalah di bidang pertanian tercapainya swasembada pangan.
·
Pelita V (1989-1994), sasaran yang
hendak dicapai adalah upaya peningktan semua segi kehidupan bangsa.
·
Pelita VI (1994-1998), Pemerintah
menitikberatkan pembangunan ekonomi yang berkaitam dengan industri dan pertanian,
serta pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia sebagai pendukunggnya.
b.
Dampak Revolusi Hijau dan
Indiustrialisasi
Berikut
upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk menggalakkan revolusi hijau
antara lain :
a)
Intensifikasi Pertanian.
b)
Ekstensifikasi Pertanian.
c)
Diversifikasi Pertanian.
d)
Rehabilitasi Pertanian.
Berikut
dampak positif revolusi hijau antara lain :
a)
Memberikan lapangan kerja bagi para
petani maupun buruh tani.
b)
Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
c)
Sektor pertanian mampu menjadi pilar
penyangga Perekonomian Indonesia.
c.
Dampak Kebijakan Ekonomi Orde Baru
Dampak
Positif :
1) Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
2) Swasembada
beras.
3) Penurunan angka kemiskinan
2.
Akhir Orde Baru
Krisis
moneter yang melanda kawasan asia Tenggara menyebabkan ketidakstabilan
Perekonomian Indonesia sejak pertengahan Juli 1997.
3.
Era Reformasi
Reformasi
merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan
perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju kearah perbaikan. Reformasi
tahun 1998 menuntut adanya pembaharuan dalam bidang politik, sosial, ekonomi,
dan hokum Masalah yang mendesak adalah upaya mengatasi kebutuhan pokok
(sembako) dengan harga yang terjangkau masyarakat.
a.
Masa Kepemimpinan B. J. Habibie (21 Mei
1998 – 20 Oktober 1999)
Pada
saat pemerintahan presiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi. B. J.
Habibie diangkat menjadi presiden menggantikan Soeharto pada tanggal 21 Mei
1998. Tugasnya adalah Melanjutkan kebijakan yang telah dibuat oleh sebelumnya, kemudian Habibie membentuk
kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan. Berikut upaya-upaya
yang dilakukan Habibie di bidang ekonomi antara lain :
1)
Merekapitulasi perbankan.
2)
Merekonstruksi Perekonomian Indonesia.
3)
Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
4)
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap
dollar hingga di bawah Rp. 10.000
5)
Mengimplementasikan Reformasi ekonomi
yang diisyaratkan oleh IMF.
Presiden
B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-timor
dari Wilayah Indonesia.
b.
Masa Kepemimpinan Abdurrahman Wahid (21
Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada
masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun belum ada tindakan yang cukup
berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman
Wahid berakhir karena pemerintahannya mengahadapi masalah-masalah yang
kontroversial.
c.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarno
Putri (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)
Masa
kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang harus
diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan
yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
1)
Melakukan pembayaran utang luar negeri.
2)
Memelihara dan memantapkan stabilitas Negara.
3)
Memantapkan ekonomi nasional.
4)
Privatisasi BUMN.
5)
Memperbaiki kinerja ekspor.
d.
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono (20 Oktober 2004-2014)
Berikut
kondisi dan kebijakan-kebijakan masa kepemimpinan SBY di bidang ekonomi antara
lain :
1)
Hingga Maret 2005 utang luar negeri
U$$136.6 miliar dan masa penundaan utang paris club 3 sudah habis.
2)
Seratus hari pertama lebih banyak bicara
ekonomi makro dari pada secara spesifik program peningkatan ekspor.
3)
Pada tanggal 19 Desember 2004 SBY
menaikkan haraga “BBM Mewah”.
4)
Melanjutkan pertumbuhan ekonomi
Megawati, diperkirakan pertumbuhan ekonomi nya naik hingga 4,4-4,9% dan inflasi
meningkat yakni 5,5%.
5)
Menaikkan pendapat perkapita dengan
mengandalkan pembangunan infrasruktur missal dengan mendorong pertumbuhan
ekonomi serta mengundang investor dengan janji akan memperbaiki iklim
investasi.
e.
Perkembangan Ekonomi di Tahun 2015
Awal
tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk memprediksi kondisi perekonomian
Indonesia kedepan. Sebagai salah satu negara yang baru saja mengalami
perombakan politik, serangkaian kebijakan baru tentunya akan mempengaruhi
proyeksi ekonominya. Meskipun laju perekonomian di tahun lalu mengalami
perlambatan, namun sejumlah ahli dan ekonom justru memprediksi bahwa di tahun
2015 perekonomian Indonesia akan mengalami peningkatan. Bagaimana hal ini dapat
terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi internasional yang terbilang pesimis
dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini sejumlah data yang dikumpulkan dari
data-data Bank Indonesia dan sejumlah kalangan mengenai perkembangan ekonomi di
tahun 2015.
Pada
pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia
menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga
Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level
8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan
ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan
bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi
menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit
transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Mengacu
pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia
memperkirakan perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga,
ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural
dalam memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Perekonomian
Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan
dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut
terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan
harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral
mentah. Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung
membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan
domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah
seiring dengan program penghematan anggaran.
Sementara itu,
kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang
masih cukup tinggi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap
solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi,
yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya
konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung
oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan
kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk
pembangunan infrastruktur.
Reference:
http://www.tenagasosial.com/2013/08/perubahan-struktur-ekonomi-indonesia.html
0 komentar:
Posting Komentar