Home » » Sektor Pertanian di Indonesia

Sektor Pertanian di Indonesia



Materi 10
Sektor Pertanian

Pentingnya pertanian di dalam pertumbuhan sebuah ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian, pertumbuhan pertanian akan meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan daerah bruto (PDB). Peran sektor pertanian sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kemiskinan. Data PBB menyatakan bahwa pada daerah pedesaan di negara berkembang terdapat sekitar 1 milyar penduduk dari 1,2 milyar penduduk hidup dalam kemiskinan absolut (absolute poverty).

Bank Dunia mengetahui bahwa populasi, pertanian dan environment adalah kunci untuk mengetahui masalah yang dihadapi di Sub-Sahara Afrika, yaitu daerah yang paling miskin di dunia. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat yang tidak diimbangi oleh teknik pertanian menyebabkan kekurangan. Hal ini juga menyebabkan degradasi tanah dan penurunan produksi dan konsumsi makanan per kapita.

Selain membutuhkan sumber daya finansial, sektor pertanian juga memerlukan teknologi maju dan infrastruktur. Diskriminasi pemerintah terhadap sektor pertanian akan menghalangi keseluruhan pembangunan.

Transformasi Pertanian mengemukakan bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan hanya alat bagi pembangunan, tetapi keberhasilan di sektor pertanian juga menjadi tujuan dari pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan kebutuhan milyaran penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan transformasi sektor pertanian:

1)     Peningkatan produktivitas pertanian.
2)     Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di luar sektor pertanian.
3)     Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui infrastruktur dan pasar.

Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri yang hidup dari sektor pertanian. Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu pembangunan di sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang, hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus.
Kontribusi Pertanian pada Pembangunan Pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar kepada pembangunan. Kontribusi pertanian tersebut adalah:

1)     Meningkatkan persediaan makanan.
2)     Pendapatan dari ekspor.
3)     Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri.
4)     Pembentukan modal.
5)     Kebutuhan akan barang-barang pabrikan.

Kekuatan bukanlah alat untuk mengeksploitasi petani. Beberapa negara berkembang menekan harga pertanian rendah, beberapa negara mengenakan pajak akan aktivitas pertanian, mencabut modal pada daerah pedesaan, secara umum dapat dikatakan banyak negara menempatkan industrialisasi di atas segalanya. Model Lewis hanya membuat beberapa ekonom dan pembuat kebijakan berpikir bahwa pertanian adalah tempat untuk mempekerjakan kelebihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh industrialisasi

Dalam analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di LDCs dapat dilihat sebagai suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut:

1)             Ekspansi sektor-sektor ekonomi lain sangat tergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk suatu kelangsungan pertumbuhan suplai makanan mengikuti pertumbuhan penduduk.
2)             Karena bias agraris yang sangat kuat dari ekonomi selama tahp awal proses pembangunan ekonomi.
3)             Karena pentingnya pertanian secara relative menurun dengan pertumbuhan dan pembanguna ekonomi.
4)             Sektor pertanian mampu berperan sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran.

A.    Kontribusi Produk

Kontribusi produk dari pertanian dapat dilihat dari relasi antara pertumbuhan pangsa PDBdari sektor tersebut dengan pangsa awalnya dan laju pertumbuhan relatifdari produk-produk neto pertanian dan non pertanian.

Didalam system ekonomi terbuka, besarnya kontribusi produk dari sektor pertanian, baik lewat pasar maupun lewat keterkaitan produksi dengan sektor-sektor nonpertanian, misalnya industri manufaktur, juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan sektor itu sendiri dalam menghadapi persaingan dari luar (tingkat daya saingnya).

B.    Kontribusi Pasar
Negara agraris dengan proporsi populasi pertanian  (petani dan keluarganya) yang besar, seperti Indonesia, merupakan sumber yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar domestik bagi sektor-sektor nonpertanian, khususnya industri manufaktur.

Namun, peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan pertumbuhan output dari sektor-sektor nonpertanian, sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai prasyarat, yaitu :

1)          Dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri, tetapi juga barang-barang impor.
2)          Jenis teknologi yang digunakan disektor pertanian yang menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi dari sektor tersebut.

C.    Kontribusi Faktor-faktor Produksi
Ada dua faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian, tanpa harus mengurangi volume produksi (produktivitas) di sektor pertanian, pertama adalah tenaga kerja dan kedua adalah modal. Market Surplus di sektor pertanian bias menjadi salah satu sumber modal bagi investasi di sektor-sektor lain.untuk mendaptkan market surplus, kinerja sektor pertanian itu sendiri harus baik, dalam arti bisa menghasilkan surplus. Faktor yang sangat ditentukan oleh kekuatan sisi suplainya (teknologi, infrastruktur, dan sumber daya manusia) dan dari sisi permintaan (pasar) oleh niali tukar antara produk pertanian dan produk nonpertanian, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.

D.    Kontribusi Devisa
Kontribusi sektor pertanian di suatu negara terhadap peningkatan  devisa terjadi melalui peningkatan ekspor dan atau pengurangan impor Negara tersebut untuk komoditi-komoditi pertanian. Akan tetapi peranan sektor pertanian dalam peningkatan devisa bisa dikontradiksi dengan peranannya dalam bentuk kontribusi produk. Dengan kata lain, usaha peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya, usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian.



10.1     Sektor Pertanian di Indonesia

            Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian Indonesia mengalami beberapa permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.

            Selain itu berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

      Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

1.     Perkembangan Sejak Awal Dekade 1970-an

            Selama periode 1995-1997 pangsa PDB dari sector pertanian (termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan) mengalami penurunan (pada harga konstan 1993). Pada saat krisis mencapai puncaknya tahun 1999, semua sector mengalami pertumbuhan negative, kecuali listrik, gas, dan air minum dengan tetap positif 2,6% sector pertanian mengalami pertumbuhan -0,7%, dan sector industri manufaktur -11,4%.
Rendahnya pertumbuhan output pertanian pada tahun-tahun tertentu disebabkan salah satunya oleh musim kemarau yang panjang, yang memang merupakan salah satu kendala serius tidak saja bagi kelangsungan kegiatan pertanian, tetapi juga bisa berdampak negatif terhadap tingkat daya saing produk-produk pertanian, termasuk padi.

2.     Produksi Padi/Beras

            Peranan sector pertanian di Indonesia sangat krusial karena harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya lebih dari 200 juta prediksi kebutuhan beras nasional didasarkan pada asumsi :
·       Setiap penduduk mengkonsumsi 144 kilogram per tahun
·       Seluruh penduduk mengkonsumsi beras
·       Indonesia tetap dengan luasan wilayah dan penduduk yang relative sama (artinya, lepasnya propinsi kecil, seperti Timor Timur, tidak banyak berpengaruh dalam hitungan)
            Walaupun merupakan suatu Negara agraris yang besar, ternyata Indonesia sangat tergantung pada impor beras.

3.     Daya Saing dan Perkembangan Ekspor

a.      Dampak Liberalisasi Perdagangan

            Penerapan liberalisasi perdagangan dunia berdampak negative terhadap ekspor komoditas pertanian Indonesia. Memang dalam jangka pendek liberalisasi perdagangan atas beras atau kebijakan pemerintah yang secara tiba-tiba mengenakan tariff nol terhadap impor beras bisa berdampak negative terhadap sector-sektor pertanian Indonesia.terutama melihat kenyataanya bahwa sector pertanian di Indonesian di dominasi oleh petani-petani gurem yang mengusahakan pertanian padi nya selama ini secara tradisional dengan luas lahan rata-rata 0,5 ha dan tanpa didukung oleh teknologi modern serta kualitas sumber daya manusia dan manajemen yang baik.

b.     Perkembangan Ekspor Beras
   
            Data dari Departemen Pertanian (Deptan) menunjukkan bahwa beras bukan merupakan salah satu produk pertanian yang diunggulkan untuk ekspor, melainkan komoditas-komoditas lainnya, seperti karet, minyak kelapa sawit, teh, kopi, dan kakau. Namum ini bukan berarti Indonesia tidak pernah mengekspr beras. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai pengekspor beras adalah Sulawesi Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia, paling tidak beberapa daerah tertentu mampu menghasilkan beras dengan kulaitas tinggi yang diminati oleh pasar dunia.



Reference:
http://kitadanduniakampus.blogspot.com/2011/06/perkembangan-sektor-pertanian-indonesia.html
 

0 komentar:

Posting Komentar